TASAWUF AKHLAKI KONSEP DAN TOKOHNYA
MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Akhlak Tasawuf
Yang
diampu oleh Bapak Moch. Cholid Wardi,
M.H.I
DisusunOleh
:
Nuris Sholihin
Ramadhan
Rudiyanto
Safraul Khairul Anam
Sofyan Dendi Zain
.
PROGAM
STUDI PERBANKAN SYARI’AH
JURUSAN
EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI PAMEKASAN
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur
Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT. atas segala limpahan Rahmat,
Inayah, Taufik dan Hidayahnya, kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini yang
masih sangat sederhana dengan judul “TASAWUF AKHLAKI: KONSEP DAN TOKONYA"
Sholawat beserta salam
semoga tetap tercurahkan kepada junjungan Nabi besar kita, Nabi Muhammad SAW. Yang mana beliau telah mengangkis kita minadz
dzulumati ilan nur dengan tulus ikhlas tanpa mengharap imbalan apapun.
Kami berharap semoga
makalah ini bisa membantu, menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para
pembaca, agar
lebih memahami tentang konsep dari konsep dan tokoh-tokoh dari tasawuf akhlaki dan semoga diberkati oleh Allah SWT. Amin.
Kami akui makalah ini
masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami miliki masih sangat minim.
Oleh karena itu, kami harapakan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan
yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah kedepannya.
Kami sampaikan terima
kasih kepada semua pihak yang telah berperan dalam penyusunan makalah ini dari
awal sampai akhir, semoga Allah SWT. senantiasa meridhai segala usaha kita.
Pamekasan,2
Oktober 2017
Penulis,
DAFTAR ISI
|
|
HALAMAN JUDUL .....................................................................................
KATA PENGANTAR ...................................................................................
DAFTAR ISI ..................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang ...........................................................................
B. Rumusan
Masalah ........................................................................
C. Tujuan
Masalah ............................................................................
BAB IIPEMBAHASAN
A. Pengertian Tasawuf Akhlaki ........................................................
B. Tokoh dan Ajaran-ajaran Tasawuf Akhlaki ...................................
1. Hasan Al-Bashri………………………………………….
a. Riwayat Hidup……………………………………….
b. Ajaran-ajaran Tasawufnya…………………………...
2. Al-Muasibi: Pandangan Tasawufnya…………………….
a. Pandangan Al-Muhasibi Tentang Makrifat…………..
b. Pandangan Al-Muasibi Tentang Khauf-Raja’………..
3. Al.Qusyairi……………………………………………......
a. Riwayat Hidup Al-Qusyairi………………………….
b. Ajaran-ajaran Tasawuf Al-Qusyairi………………….
4. Al-Ghazali………………………………………………..
a. Biografi Singkat Al-Gazali…………………………..
b. Ajaran Tasawuf Al-Ghazali………………………….
BAB IIIPENUTUP
B. Saran
..............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................
|
i
ii
ii
1
1
1
2
3
3
3
4
6
7
7
8
8
9
9
9
10
12
12
13
|
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Tasawuf timbul dalam Islam sesudah umat Islam mempunyai kontak
dengan agama Kristen, filsafat Yunani dan agama Hindu dan Budha, muncullah
anggapan bahwa aliran tasawuf lahir dalam Islam atas pengaruh dari luar. Tempat
mereka menjadi tujuan orang yang perlu bantuan di padang yang gersang.
Rahib-rahib itu berhati baik, dan pemurah dan suka menolong. Sufi juga
mengasingkan diri dari khalayak ramai. Mereka adalah orang yang berhati baik,
pemurah dan suka menolong.
Pengaruh
filsafat Yunani dikatakan berasal dari pemikiran mistik Pythagoras. Dalam
filsafatnya, Ruh manusia adalah suci dan berasal dari tempat suci, kemudian
turun ke dunia materi dan masuk ke dalam tubuh manusia yang bernafsu. Ruh yang
pada mulanya suci itu menjadi tidak suci dan karena itu tidak dapat kembali ke
tempatnya semula yang suci. Untuk itu ia harus menyucikan diri dengan
memusatkan perhatian pada filsafat serta ilmu pengetahuan dan melakukan
beberapa pantangan. Filsafat sufi juga demikian. Maka untuk dapat bertemu
dengan Tuhan Yang Maha Suci, Ruh yang telah kotor itu dibersihkan dahulu
melalui ibadah yang banyak serta melewati beberapa ujian-ujian dari mulai
membersihkan diri dari segala dosa hingga mencapai rida Ilahi.
1. Apa
pengertian
dari tasawuf akhlaki?
2. Siapa
saja tokoh tasawuf akhlaki itu?
3.
Konsep tasawuf akhlaki?
C.
TUJUAN
MASALAH
1.
Untuk mengetahui Pengertian tasawuf akhlaki.
2. Untuk mengetahui siapa saja tokoh
tasawuf akhlaki.
3.
Untuk mengetahui
tentang konsep tasawuf akhlaki.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN TASAWUF AKHLAKI
Tasawuf akhlaki Jika ditinjau dari sudut bahasa merupakan bentuk frase atau
dalam kaidah Bahasa Arab dikenal dengan sambutan jumlah idhafah (جملةالاءضافة) Frase atau jumlah idafah merupakan gabungan dari dua
kata menjadi satu kesatuan makna yang utuh dan menentukan realitas yang khusus.
Dua kata itu adalah” tasawuf “ dan ”akhlak”
Kata “ tasawuf “ menurut kaidah ilmu Sharaf merupakan bentuk isim Masdar
yaitu tasshawwufan (تصوفا) yang
berasal dari fi’il tsulatsi mazid khumasi yaitu (تصوف) yang memiliki fungsi untuk membantu makna lil-mutawa’ah
atau transitif (kata kerja yang selalu memiliki objek dalam kalimat ) dan
lil musyarakat atau membentuk makna saling. Dengan demikian, arti dari kata
“tasawuf” dalam bahasa Arab adalah bisa membersihkan atau saling membersihkan
Kata ”membersihkan” merupakan kata kerja transitif yang membutuhkan objek.
Objek dari tasawuf ini adalah akhlak manusia kemudian saling membersihkan
meupakan kata kerja yang di dalamnya harus terdapat dua subjek yang aktif
memberikan dan menerima.
Kemudian,“akhlak” juga
berasal dari bahasa Arab kata akhlak(خلق)
merupakan bentuk jamak dari khuluq (اخلاق) yang secara bahasa bermakna perbuatan atau
penciptaan. akan tetapi dalam konteks Agama, akhlak bermakna perangai, Budi,
tabiat, adab, atau tingkah laku.[1]
B. TOKOH DAN AJARAN AJARAN TASAWUF AKHLAKI
Berikut ini adalah contoh-contoh Sufi beserta ajaran-ajarannya
yang termasuk ke dalam aliran tasawuf ahlaki:
1.
Hasan Al-Bashri.
a. Riwayat hidup
Hasan Al-Bashri yang Nama lengkapnya Abu Said Al Hasan
bin Yusuf adalah seorang Zahid yang amat masyhur di kalangan tabiin ia
dilahirkan di Madinah pada tahun 21 H (632 M) dan wafat pada hari Kamis bulan
Rajab tanggal 10 tahun 110 H (728 M). Iya dilahirkan dua malam sebelum Khalifah
Umar Bin Khattab wafat Iya dikabarkan bertemu dengan 70 orang sahabat yang
turut menyaksikan peperangan Badr dan 30 sahabat lainnya.[2]
Dialah yang mula-mula menyediakan waktunya untuk
memperbincangkan ilmu-ilmu kebatinan, kemurnian, akhlak, dan usaha menyucikan
jiwa di Masjid Bashrah. ajaran-ajarannya tentang kerohanian senantiasa
didasarkan pada sunnah Nabi. sahabat sahabat Nabi yang masih hidup pada zaman
itupun mengakui kebesarannya. Bahkan, ketika ada orang datang kepada Anas bin
Malik sahabat nabi yang utama untuk menanyakan persoalan agama, Anas
memerintahkan orang itu agar menghubungi Hasan. Mengenai kelebihan lain Hasan,
Abu Qatadah pernah berkata "bergurulah kepada sih ini saya sudah saksikan
sendiri (keistimewaannya). tidak ada seorang tabi'in pun yang menyerupai
sahabat nabi selainnya."[3]
Karier Pendidikan Hasan Al-Bashri dimulai dari
Hijaz. Ia berguru hampir kepada seluruh
ulama di sana. bersama ayahnya, ia kemudian pindah ke bashrah, tempat yang
membuatnya mashyur dengan nama Hasan Al-Bashri. Puncak ke keilmuannya ia
peroleh di sana.[4]
Hasan Al-Bashri terkenal dengan keilmuannya yang
sangat dalam. Tak heran kalau ia menjadi imam di Bashrah secara khusus dan
daerah-daerah lainnya secara umum. Tidak heran kalau ceramah-ceramah nya
dihadiri seluruh segmen masyarakat. disamping dikenal sebagai Zahid Ia pun
dikenal sebagai orang yang wara' dan berani dalam memperjuangkan kebenaran. Di
antara karya tulisnya berisi kecaman terhadap aliran dalam Qadariyyah dan
tafsir tafsir al-qur'an.[5]
b.
Ajaran-ajaran
tasawufnya
Abu Na'im Al-Ashbahani
telah menimbulkan pandangan tasawuf Hasan Al bashri sebagai berikut. "
Sahabat takut (kabut) dan pengharapan (raja') tidak akan dirundung kemuraman dan keluhan;
tidak pernah tidur senang karena selalu mengingat Allah SWT." Pandangan
tasawufnya yang lain adalah anjuran kepada setiap orang untuk senantiasa
bersedih hati dan takut kalau tidak mampu melaksanakan seluruh perintah Allah
SWT. dan menjauhi seluruh larangan-Nya. Sya'rani pernah berkata, "Demikian
takutnya sehingga seakan-akan ia merasa bahwa neraka itu hanya dijadikan untuk
ia (Hasan Al-Bashri)."[6]
Lebih jauh lagi Hamka mengemukakan sebagian ajaran
tasawuf Hasan Al-Bashri seperti berikut:[7]
1) Perasaan takut yang menyebabkan hatimu tenteram lebih baik daripada rasa
tenteram yang menimbulkan perasaan takut.
2) Dunia adalah negeri tempat beramal.
barangsiapa bertemu dunia dengan perasaan Benci dan zuhud, ia akan
berbahagia dan memperoleh faedah darinya.
Akan tetapi barang siapa bertemu dunia dengan perasaan rindu dan hatinya
tertambal dengan dunia. ia akan sengsara dan akan berhadapan dengan penderitaan
yang tidak dapat ditanggungnya.
3) Tafakur membawa kita pada kebaikan dan berusaha mengerjakan-Nya. Menyesal
atas perbuatan jahat menyebabkan kita untuk tidak mengulanginya lagi. sesuatu
yang fana' Betapapun banyaknya tidak akan menyamai sesuatu yang baqa' Betapapun
sedikitnya. waspadalah terhadap negeri yang cepat datang dan pergi serta penuh.
4) Dunia ini adalah seorang janda tua yang telah bungkuk dan beberapa kali
ditinggal mati suaminya.
5) Orang yang beriman akan senantiasa berdukacita pada pagi dan sore hari karena
berada diantara dua perasaan takut, yaitu takut mengenang dosa yang telah
lampau dan takut memikirkan ajar yang masih tinggal serta bahaya yang akan
mengancam.
6) hendaklah setiap orang sadar akan kematian yang senantiasa mengancamnya,
hari kiamat yang akan menagih janjinya.
7) anyak duka cita di dunia memperteguh semangat amal shaleh.
Berkaitan dengan ajaran tasawuf Hasan Al-Bashri
Muhammad Mustolafa guru besar filsafat Islam, menyatakan bahwa tasawuf Hasan
Al-Bashri disaat didasari oleh rasa takut siksa Tuhan di dalam neraka. Akan
tetapi, setelah kami teliti, ternyata bukan perasaan takut terhadap siksaanlah
yang mendasari tasawufnya, tetapi kebesaran jiwanya akan kekurangan dan
kelalaian dirinya yang mendasari tasawufnya.[8]
Di antara ajaran tasawuf
Hasan Al-Bashri dan senantiasa menjadi buah bibir kaum Sufi adalah:
"Anak Adam!
Dirimu, diriku!
Dirimu hanya satu,
Kalau ia binasa, binasalah Engkau.
Dan orang yang telah Selamat tak dapat menolongmu.
Tiap-tiap nikmat yang bukan surga adalah hina.
Dan tiap-tiap bala bencana yang bukan Neraka adalah mudah."[9]
2. Al-Muhasibi: Pandangan Tasawufnya
Al-Harits bin Asad Al-Muhasibibi(W.243H) menempuh jalan tawasuf karena
hendak keluar dari keraguan yang dihadapinya. Tatkala mengamati madzhab madzhab
yang dianut ummat Islam, Al-Mughazibi menemukan berbagai kelompok didalamnya.
Diantara mereka,ada sekelompok orang yang tahu tentang keakhiratan, tetapi
jumlah mereka sangat sedikit. Sebagian besar dari mereka adalah orang yang
mencari ilmu karena kesombongan dan motivasi keduniaaan. Diantara mereka
terdapat pula orang orang yang terkesan sedang melakukan ibadah karena Allah
SWT. ,tetapi sesungguhnya tidak demikian.[10]
Al-Mughazibi memandang
bahwa jalan keselamatan hanya dapat ditempuh dalam ketaqwaan kepada Allah SWT., melaksanakan
kewajiban - kewajiban ,wara', dan meneladani Rosulullah SAW. Tatkala sudah
melaksanakan hal hal diatas seorangakan diberi petunjuk oleh Allah SWT. Berupa
penyatuan antara fiqih dan tasawuf. Ia akan meneladani Rasulullah SAW. dan
lebih mementingkan akhirat daripada dunia.[11]
a. Pandangan Al-Muhasibi tentang maqrifat
Al-Muhasibi berbicara
pula tentang marifat ia menulis sebuah buku tentangnya tetapi ia tidak
diketahui alasannya kemudahan membakarnya membakarnya ia sangat berhati-hati
dalam menjelaskan batasan-batasan Cali Cali mendalami pengertian batin agama
yang dapat mengabaikan pengertian dahinya dan mengabulkan keraguan inilah yang
mendasarinya untuk memuji sekelompok Sufi dan tidak berlebihan dalam menyelami
pengertian batin agama dalam konteks ini pula ia menentukan sebuah hadis Nabi
Muhammad SAW., “Pikirlah makhluk-makhluk Allah danjangan coba-coba
memikirkan dzat Allah, sebab kalian akan tersesat karenanya” Al-Muhasibi
mengatakan bahwa makrifat harus ditempuh melalui jalan tasawuf yang mendasarkan
pada kitab dan Sunnah.[12]
b. Pandangan Al-Muhasibi
tentang Khauf dan Raja'
Dalam pandangan
Al-Muhasibi,khauf (rasa takut) dan raja'(pengharapan) menepati
posisi penting dalam perjalanan seseorang membersihkan jiwa. Ia terkesan
mengaitkan kedua sifat itu dengan etika etika
keagamaan lainnya, yaitu ketika disifati dengan dua sifat di atas,
seseorang secara bersamaan disifati pula dengan sifat-sifat lainnya. pangkal
wara', menurutnya adalah ketakwaan; tangkar ketahuan adalah introspeksi diri (muhasabat
an-nafs) adalah khauf dan raja'; pangkal khauf dan raja'
adalah pengetahuan tentang janji dan ancaman Allah SWT.; sedangkan pangkal
pengetahuan tentang keduanya adalah perenungan.[13]
khauf dan raja’
menurut Al-Muhasibi dapat dilakukan dengan sempurna hanya berpegang teguh pada
al-qur'an dan as-sunnah dalam hal ini ya terkesan pula mengaitkan kedua sifat
itu dengan ibadah dan haji serta ancaman Allah SWT untuk itu ia menganggap apa
yang diungkapkan Ibnu Sina dan Rabi'ah Al-Adawiyyah sebagai jenis fana’
atau kecintaan kepada Allah SWT. yang berlebih-lebihan dan keluar dari apa yang
telah dijelaskan Islam serta bertentangan dengan apa yang diyakini para sufi
dari kalangan Ahlus Sunnah Al-Muhasibi mengatakan bahwa Alquran jelas
berbicara tentang pembahasan pahala dan siksaan ajakan-ajakan Alquran pun
dibangun atas dasar targhib(sugesti) dan tarhib(ancaman) Al-Quran
Jelas pula berbicara tentang surga dan neraka ia kemudian mengutip ayat
berikut.[14]
3. Al-Qusyairi [376-465 H]
a. Boigrafi Singkat
Al-Qusyairi adalah
salah seorang Sufi ulama dari abad kelima Hijriyah. Kedudukannya demikian
penting karena karya-karyanya tentang para sufi dan tasawuf aliran sunni pada
abad ketiga dan keempat Hijriyah. Penyebab terpilihnya pendapat dan Khasanah
tasawuf Pada masa itu, baik dari segi teoritis maupun praktis.
Nama lengkap Al-Qusyairi
adalah ‘Abdul Karim Bin hawazin, lahir tahun 376 Hijriyah di istimewa.
Disinilah. ia bertemu dengan dirinya Abu Ali dekat seorang Sufi terkenal Al-Qusyairi
selalu menghadiri majelis gurunya dan dari gurunya itulah al-qusyairi menempuh
jalan tasawuf Sang Guru menyarankan untuk pertama-tama mempelajari syarat Oleh
karena itu al-qusyairi mempelajari fiqh pada seseorang fiqih Abu Bakar Muhammad
bin Abubakar Bakar ishaq al isfarayini ( wafat 418 H) dan menelan banyak karya al-baqillani dari situlah.
Al qusyairi berhasil menguasai Rin ahlussunnah Waljamaah yang dikembangkan Al
Asy'ari dan muridnya al-qusyairi merupakan pembela paling tangguh aliran
tersebut dalam menentang doktrin aliran aliran muktazilah karamian tanah dan
Syariah[15]
b. Ajaran-ajaran tasawuf
Al-Qusyairi
1. Mengen Dalikan Tasawuf ke
Landasan Ahlussunnah
Seandainya karya Al-Qusyairi,
Ar-Risalah Al-Qusyairiyah dikaji secara mendalam akan tampak jelas supaya
Al-Qusyairi cenderung mengembalikan tasawuf ke atas landasan doktrin Ahlus sunnah.
Secara implisit dalam
ungkapan Al-Qusyairi tersebut terkandung penolakan terhadap para sufi syathahi,
yang mengucapkan ungkapan-ungkapan penuh kesan terjadinya perpaduan antara
sifat-sifat ketuhanan khususnya sifat
terdahulunya dengan sifat-sifat kemanusiaan khususnya sifat barunya bahkan
dengan konotasi lain secara kenang-kenangan Al qusyairi mereka.[16]
2. Kesehatan Batin
Slain itu, Al-Qusyairi punmengecam kertas para sufi paa masanya Karena
kengemaran mereka mempergunakan pakaian orang-orang miskin, serta tidakan
mereka pada saat yang sama bertentangan dengan pakaian mereka ia menekankan
bahwa kesehatan batin dengan berpengang teguh pada Al-Quran dan As-Sunnah lebih
enting ketimbang pakaian lahiriah
4. Al-Ghazali
a. Biografi singkat Al
Ghazali
Nama lengkap adalah Abu
Hamid Muhammad bin Muhammad bin Muhammad bin ta'us ath. Thusi Al Ghazali
sejarah singkat dipanggil Al Ghazali atau Abu Hamid Al Ghozali Ia dipanggil Al
Ghazali karena dilahirkan di kampung suatu dipanggil Al Ghazali karena
dilahirkan di kampung Gas Lah suatu kota di urusan Iran,23 pada
tahun 450 H/1058 M, tiga tahun setelah kaum salju mengambil alih kekuasaan di
Baghdad.[17]
Ayah Al-Ghazali adalah
seorang miskin memintal kain wol yang taat , sangat menyenangi ulama , dan
sering aktif menghadiri majelis-majelis pengajian.Menjelang wafatnys, ayahnya
menitipkan Al Ghazali dan adiknya yang bernama Ahmad kepada seorang Sufi.
Kepada Sufi itu dititipkan sedikit harta Seraya berkata dalam wasiatnya.[18]
Dalam tasawuf nya,
al-ghazali memilih tasawuf sunni yang berdasarkan Al-Quran dan As-Sunnah Nabi
Muhammad SAW.ditambah dengan Ahlu As-Sunnahwa Al-Jamaah dari paham
tasawufnya, Ia menjauhkan semua kecenderungan gnostis yang memengaruhi
para filsuf Islam, sekte Islamiyah aliran Syari’ah Ikhwan Ash-Shafa, dan
lain-lainnya. Ia menjauhkan tasawufnya dari paham ketuhanan Aristoteles seperti
emanasi dan penyatuan sehingga dapat dikatakan bahwa tasawuf Al-Ghazali
benar-benar bercorak Islam.19 corak tasawuf nya adalah psikomoral
yang mengutamakan pendidikan moral Hal ini dapat dilihat dalam karya-karyanya
seperti Ihya’ Ulum.
Al-Ghazali menjadikan
tasawuf sebagai sarana untuk berolah rasa dan berolah jiwa, sehingga sampai
pada makrifat yang membantu menciptakan (sa’adah).
1) Makrifat
Menurut Al-Ghazali
sebagaimana dijelaskan oleh harun nasution. makrifat adalah mengetahui rahasia
Allah SWT. dan mengetahui peraturan-peraturan Tuhan tentang segala yang ada
adat memperoleh makrifat bersandar pada sir,qalb, dan roh. harun
nasution juga menjelaskan pendapat Al- Ghazali yang dikutip dari Al-Qusyairi
bahwa qalb dapat mengetahui hakikat
segala yang ada jika di limbah yg cahaya tuhan, qalb dapat
mengetahui rahasia rahasia Tuhan dengan sir,
qalb,dan roh. yang telah suci dan kosong tidak berisi apa pun.
saat itulah, ketiganya akan menerima iluminasi(kasyf) dari Allah SWT
pada waktu itu Allah SWT menurunkan cahaya Nya kepada sang sufi sehingga yang
dilihat sang sufi hanyalah Allah SWT di sini sampailah ini ke tingka makrifat.[19]
Di dalam kitab Ihya` Ulm Ad-Din Al-Ghaali
membedakan jalan pengetahuan sampai kepada Tuhan bagi orang awam, ulama dan
orang arif (sufi). Untuk itu, ia membuat perumpamaan tentang keyakinan tentang
si fulan ada didalam rumah. Keyakinan orang awam dibagun atas dasar taklid
dengan hanyamengikti perkataan orang bahwa si fulan ada di rumah, tanpa di
selidiki lagi.
2) Pandangan Al-Ghazali
tentang as-sa'adah
Menurut al-ghazali
kelezatan dan kebahagiaan yang paling tinggi adalah Allah SWT (ru'yatullah).Di
dalam kitab kmiya' sesuai dengan watak (tabit), sedangkan watak sesuatu
itu sesuai dengan ciptanya;nikmatnya mata terletak ketika melihat gambar yang
bagus dan indah; telinga terletak mendengar suara yang merdu. Demikian juga,
seluruh anggota tubuh masing-masing mempunyai kenikmatan tersendiri.[20]
Keniknatannya qalb
sebagai alat memperoleh makrifat terletak ketika melihat Allah Melihat Allah
merupakan kenikmatan palig agung yang tiada taranya Karena makrifat itu sendiri
agung dan mulia. Oleh Karena itu, kenikmatannya melebihi kenikmatan-kenimatan
yang lain.
Kelezatan dan kenikmatan dunia
tergantung pada nafsu dan akan hilang setelah manusia mati sedangkan kelezatan
dan kenikmatan melihat tuhan bergantung pada qalb dan tidak akan hilang
Walaupun manusia sudah mati, sebab qalb tidak ikut mati bahkan kenikmatannya
bertambah karena dapat keluar dari segala apapun menuju cahaya terang.[21]
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Tasawuf ahlaki
merupakan gabungan antara ilmu tasawuf dan ilmu akhlak. akhlak ratu hubungannya
dengan perilaku dan kegiatan manusia dalam interaksi sosial pada lingkungan
tempat tinggalnya. Jadi, tasawuf ahlaki dapat terealisasi secara utuh, jika
pengetahuan tasawuf dan ibadah kepada Allah SWT dibuktikan dalam kehidupan
sosial.
Tasawuf ahlaki
ini juga dikenal dengan tasawuf sunni yaitu bentuk tasawuf yang memagari
dirinya dengan al-quran dan al-hadist secara tepat serta mengaitkan awal
keadaan dan maqamat tingkat rohaniah mereka pada 2 Sumber tersebut
B.
SARAN
Pelajarilah
ilmu tentang tasawuf akhlaki agar kita dapat mengetahui tentang tokoh tokoh
tasawuf akhlaki serta konsepnya. Dengan begitu setidaknya kita dapat lebih
mengetahui bagaimana para tokoh tersebut dapat mengajari tentang ajaran
ajarannya.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Rosihon.
Akhlak Tasawuf. Bandung : CV. Pustaka Setia, 2010
Sholihin,
M. dan Rosihun Anwar. Aklak Tasawf. Bandug : CV. Pustaka Setia,2008
[1] Rosihon Anwar, Akhlak Tasawuf, (Bandung: CV. Pustaka setia,
2010), hlm. 230
[2] Ibid. hlm. 231
[4] Ibid.
[5]Ibid.
[6] Ibid. hlm. 232
[7]Ibid
[8]Ibid. hlm. 233.
[9]Ibid.
[10] Ibid. hlm.234
[11]Ibid.
[12]Ibid.
[13] Ibid.hlm.235.
[14] Ibid.
[15] M. Solihin dan Rosihon Anwar, Ilmu Tasawuf, (Bandung: CV.
Pustaka setia, 2008), hlm. 130
[16] Ibid. hlm. 131
[17] Ibid. hlm. 135
[18]Ibid.
[19]Ibid. hlm. 141
[20]Ibid. hlm. 143
[21]Ibid.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar