Rabu, 20 Desember 2017

POLITIK



Nama   : Wildania Suciati AlKadir
Prodi    : Perbankan Syari'ah
Kelas   : B
POLITIK

            Semua orang pasti sudah mengenal politik itu apa, namun kondisi politik saat ini sangat memburuk, misalnya saja kondisi politik di negara kita banyak permasalahan yang terdapat dan penyebabnya mungkin karena adanya perbedaan pendapat antara beberapa orang maupun antar kelompok sehingga mereka saling mementingkan kehidupan masing-masing serta mempertahankan apa yang ingin dicapai. Permasalahan politik sudah banyak ditemukan contohnya korupsi, penyalahgunaan narkoba, dll. Dalam ajaran islam semua hal yang diharamkan tersebut seharusnya tidak dilakukan karena Allah SWT., sudah memberitahukan untuk menjauhi larangannya tetapi melakukan apa yang sudah diperintahnya. Namun semua orang masih saja meremehkan hal tersebut bisa saja kurangnya keimanan mereka serta akhlak yang menipis sehingga mengutamakan ataupun berlomba-lomba dalam hal dunia dan tidak memikirkan hal di akhirat.
Seperti contoh yang disebutkan di awal korupsi, penyalahgunaan narkoba dimana semua orang sudah mengenal hal tersebut masalah ini terdapat pada semua jabatan dan juga kalangan tanpa harus memikirkan dampak yang akan terjadi, dari masalah korupsi yang sangat banyak ditemukan terutama berhubungan dengan masalah keuangan dimana seseorang maupun kelompok yang bertugas untuk mengelola dengan sebaik-baiknya tetapi hal tersebut disalah gunakan sehingga dalam pengelolaan tidak berjalan secara baik, misalnya saja dapat dilihat dari seorang pemimpin, penegak negara dan yang lainnya seharusnya mereka memberikan contoh yang baik serta menjaga, melayani, mengamankan masyarakat bukannya melakukan hal yang sangat merugikan tersebut sehingga mereka melupakan tugas maupun kewajibannya, itupun dikarenakan mereka terlalu mengedepankan nafsu sehingga tergiur dengan uang, jabatan, kekayaan melimpah yang bukan hak mereka. Penyalahgunaan narkobapun banyak kita temukan dimana-mana beragam bentuk maupun jenis yang sangat mudah didapatkan bahkan para penjajah yang masih ingin menghancurkan negara kita membuat senjata menggunakan narkoba untuk menghancurkan generasi bangsa, sasarannya dilakukan kepada pemuda-pemudi bahkan anak-anak yang masih kecil dengan cara membuat makanan maupun minuman yang diminati dan sudah tercampur dengan narkoba. Namun orang-orang yang berada di negara kitapun sebenarnya memang sudah mengenal narkoba dan mereka menyalahgunakan itu, biasanya alasan yang terdapat pada orang-orang tersebut karena mempunyai banyak pikiran maupun masalah yang rumit mereka hadapi dari segi ekonomi, kebutuhan sehari-harinya, bahkan kurangnya kasih sayang, didikan, maupun akhlak dari orang sekitar seperti keluarga, teman, sahabat yang seharusnya mereka dapati sehingga hal yang dilarang tersebut mereka lakukan. Dari kedua permasalahan politik ini pemerintah harus lebih meninjak lanjuti maupun mempertegas aturan-aturan beserta hukum yang sesuai dalam UUD yang sudah ditetapkan. Solusinya dalam permasalahan ini yang paling utama sebaiknya adanya kesadaran diri sendiri serta lebih mendalami agama, akhlak maupun yang lainnya sehingga dapat  mensejahterakan kehidupan. Seperti halnya dapat kita lihat contoh-contoh dari para nabi dan rasul, misalnya salah satu nabi yang dimuliakan oleh Allah SWT., yaitu nabi Muhammad SAW., dimana beliau selalu diberikan ujian melalui musuh-musuhnya namun beliau tetap bersabar bahkan membalas kejahatan tersebut dengan selalu mendoakan orang-orang yang membencinya agar berubah menjadi lebih baik.
Dalam ajaran tasawuf seharusnya kita berusaha meyakini, bertawakkal serta mendekatkan diri kepada Allah SWT., dengan mensucikan seluruh jiwa maupun rohani sehingga menyibukkan diri dalam hal beribadah dengan melakukan shalat beserta hal ibadah sunnah lainnya serta memperbanyak dzikir, berdoa dan semata-mata hanya untuk mengharapkan rakhmat, ampunan, ridho agar dapat menuju jalan Allah SWT.

Cinta Sejati dan Abadi itu Allah



Nama   : FAIRUZ SYAVIA
Prodi    : Perbankan Syari’ah
Kelas   : B
Cinta Sejati dan Abadi itu Allah

Cinta adalah perasaan yang timbul dan fitrah dari Allah atas seluruh makhluknya. Cinta sangatlah suci dan hanya ada pada diri seseorang yang mengerti bahwa cinta itu memang suci. Ada berbagai macam cinta yang ada dibumi, baik cinta kepada orang tua maupun cinta kepada sesama manusianya. Namun tidak ada cinta yang sejati dan abadi kecuali cinta kepada Allah sang Maha Pencipta. Pada dasarnya cinta itu baik, akan tetapi banyak dari manusia salah mengartikan sebuah cinta dan menyalahgunakan kata cinta. Sehingga penyalahgunaan kata cinta bisa menimbulkan dampak negatif yang merugikan diri sendiri maupun orang lain. Padahal jika kita belajar lebih mendalam lagi tentang cinta dalam islam, cinta akan menuntun kita dalam kebaikan yang akan membuat kita sukses dunia akhirat.
 Salah satu ilmu yang mengajarkan karakter cinta adalah tasawuf. Didalam ajaran tasawuf para sufi hanya mencintai segala sesuatu karena Allah dan menggangtungkan seluruh hidupnya hanya kepada Allah.  Disinilah arti cinta yang sesungguhnya. Para sufi mencintai Allah dengan ketulusan hatinya. Tidak ada keinginan yang diharapkan kecuali menjadi manusia yang dicintai juga oleh Allah dan keinginan untuk bertemu dengan Allah di akhirat nanti. Maka dari itu kita sebagai manusia masih harus banyak belajar tentang ilmu-ilmu yang berkaitan dengan Allah. Bukankah kita harus banyak mengambil pelajaran tentang cinta kepada Allah? Apa yang kita inginkan didunia ini selain ridho dari Allah? Tentu saja ujung dari keinginan kita selama hidup adalah bertemu dengan Allah disurga.
Entah kenapa banyak pemuda-pemudi jaman sekarang yang mengaitkan kata cinta sebagai senjata agar bisa mendapatkan keinginan yang sia-sia. Di era modern ini pemuda-pemudi mengumbar kata cinta sebagai pasangan kekasih. Padahal jika ada seseorang yang mengucapkan cinta dan dengan itu bisa membuat kita semakin jauh dari Allah, maka itu bukanlah cinta. Sehingga buah dari cinta tersebut adalah kemaksiatan, bisajadi hal yang tidak diingikan terjadi dan membuat perbuatan kejahatan selanjutnya seperti pembunuhan dan sebagainya. Kita bisa menghindari hal tersebut dengan cara tidak berpacaran melainkan menikah saja. Banyak juga kegiatan positif yang masih bisa dilakukan dimasa muda. Cinta yang hanya diucapkan dengan lisan tidak ada artinya jika tak ada pembuktian dengan tindakan. Pembuktian tersebut yakni pernikahan. Karena karakter cinta sendiri hampir sama dengan karaker iman yaitu, diyakini dalam hati, diucapkan dengan lisan, dan diamalkan dengan anggota badan. Ketiga karakter tersebut tidak bisa dipisahkan dan tidak bisa hanya dilakukan satu atau dua saja, karena ketiga karakter tersebut sudah satu kesatuan.
Sesungguhnya cinta yang benar adalah jika kita mencintai sesuatu dan hal tersebut membuat kita semakin dekat dengan Allah. Jika ada yang melebihi cinta kepada Allah, segeralah kurbankan cinta itu sehingga tak ada lagi cinta lain yang melebihi cinta kepada Allah. Cinta bisa timbul kapan saja dan dimana saja, karena pada dasarnya cinta pasti ada pada diri manusia. Akan tetapi kita harus tau kapan dan dimana kita bisa menggunakan cinta itu. Cinta yang sejati dan abadi itu adalah Allah, kita tidak akan kehilangan Allah sampai kapanpun. Berbeda dengan jika kita mencintai makhluk Allah, kita pasti suatu saat akan kehilangan sesuatu tersebut. Maka dari itu perbanyaklah pembuktian cinta kita kepada Allah agar kita kelak diakhirat ditempatkan dengan orang-orang yang dicintai juga oleh Allah.

TASAWUF ADALAH WADAH PENDIDIKAN



NAMA            : MUSYAHROTIN
PRODI            : PBS
KELAS            : B

TASAWUF ADALAH WADAH PENDIDIKAN

Pendidikan merupakan pondasi dari sebuah kehidupan, baik kehidupan dunia ataupun kehidupan akhirat, Sebagaimana yang telah disabdakan Rasulullah SAW : “Barang siapa yang menghendaki dunia maka wajib baginya memiliki ilmu, dan barang siapa yang menghendaki kehidupan akhirat, maka wajib baginya memiliki ilmu, dan barang siapa yang menghendaki keduanya maka wajib baginya memiliki ilmu”. (HR.Turmudzi). Sementara tasawuf merupakan wadah dari pendidikan. Jika kita kombinasikan antara tasawuf, pendidikan dengan era globalisasi saat ini, maka akan terasa unik untuk kita simak. Di era globalisasi, pendidikan hanyalah dijakan sebuah media atau sarana untuk memperoleh harta, tahta, danwanita / pria. Bahkan mayoritas pemuda/i di kota tercinta kita yaitu Indonesia banyak yang hanya mengedepankan pendidikan saja, tanpa diwadahi dengan tasawuf atau akhlaq mahmudah (etika yang baik). Rata-rata pendidikan yang mereka tempuh ada yang sampai sarjana S I, sarjana S II, dan bahkan sampai sarjana S III. Namun jika kita perhatikan moralnya, Naudzubillah. Mereka kebanyakan lebih mengedepankan pendidikan dari pada akhlaq, mereka tidak sadar bahwa Pendidikan tanpa diwadahi moral itu sangatlah ekstrim  dimata masyarakat. Mengapa demikian?. Sebab pandangan masyarakat jika pendidikan tanpa diwadahi dengan akhlaq / etika, maka percuma menempuh pendidikan sampai tinggi-tinggi, so akhirnya akan dibuang juga / tidak digunakan.
Pemuda/i di era globalisasi saat ini belum sadar bahwa betapa pentingnya belajar etika. Etika dimata Allah Swt. Memang lebih sempurna dari pada etika dimata manusia. Namun jikalau dimata manusia saja kita tidak beretika, lalu bagaimana kita akan beretika dihadapan Allah Swt. Nah, disamping mempelajarinya (akhlaq/etika), maka kita juga mempunyai kewajiban untuk mempraktekkannya. Sebab jika hanya dengan teori saja tidaklah cukup, baik dimata manusia apalagi dimata Allah Swt. Akhlaq erat hubungannya dengan perilaku dan kegiatan manusia dalam interaksi sosial pada lingkungan tempat tinggalnya. Akhlaq/etika dapat terealisasi secara utuh, jika pengetahuan akan moralitas dapat dibuktikan dengan meningkatkan ibadah kepada Allah Swt. atau bertaqarrub ilallah.
Setinggi apapun dan sebanyak apapun pendidikan yang kita miliki, jika tidak  diwadahi dengan akhlaq mahmudah/etika yang baik, maka akan terbuang secara sia-sia tanpa disadari oleh akal pikiran kita. Rasulullah Saw diutus kemuka bumi bukan untuk menghimbau kita berpendidikan yang tinggi.Namun, Rasulullah Saw. diutus kemuka bumi tiada lain hanyalah untuk menyempurnakan akhlaq/etika umatnya. Jadi kita sebagai pemuda/i penerus bangsa, maka jangan sampai moralitas kita terkubur dengan pendidikan yang tidak diwadahi dengan akhlaqul karimah. 



Menggapai Kebahagiaan Melalui Tasawuf



Nama   : Atiqah Rahmaniyah
Prodi    : Perbankan Syari’ah
Kelas   : B
Menggapai Kebahagiaan Melalui Tasawuf
Kebahagiaan adalah harapan dan tujuan setiap orang. Banyak orang mengira bahwa kebahagiaan akan didapat jika mempunyai materi. Contohnya seperti mampu membeli rumah besar, mempunyai mobil bagus, memakai baju bermerek, liburan bolak balik ke luar negeri. Tapi mengapa ada saja orang kaya yang tidak bahagia, entah itu karena mederita penyakit bertahun-tahun, serakah akan hartanya dan masih banyak lagi lainnya. Dan tidak semua orang miskin hidupnya selaalu menderita. Allah SWT berfirman dalam surah Al-Insyiroh ayat pertama. [Bukankah kami telah melapangkan dadamu (Muhammad)]. Karena sebenarnya kebahagiaan itu terletak pada hati. Hati yang bersih dan kedekatannya dengan Allah SWT.
Pada dasarnya ajaran tasawuf lebih menekankan pada aspek batin bukan lahir. Mengenai hidup bahagia dari segi agama khususnya Tasawuf diperoleh jika kita senantiasa mendekatkan diri kepada sang pemberi kebahagiaan itu sendiri. Dengan cara tunduk dan menta’ati kewajiban sebagai orang Islam dan menjauhi apa saja yang dilarang-Nya. Penerapan tasawuf dalam kehidupan sangat penting karena sangat berpengaruh bagi manusia. Semua aliran Tasawuf itu hakekatnya adalah sama, yaitu ilmu yang mempelajari tentang cara mencintai Allah SWT melalui pendekatan yang berbeda-beda.
Rahasia kebahagiaan seorang sufi adalah beriman dan lebih memilih mengelola “perasaan” dari pada harta benda. Maksudnya seorang sufi lebih mengutamakan untuk menjaga, memperbaiki, dan meningkatkan kualitas iman dan ketakwaannya kepada Allah SWT daripada mengurusi urusan duniawi. Bukan berarti ia tidak butuh dengan harta dunia hanya saja tujuannya adalah hari akhir. Maka dari itu seorang sufi tidak akan takut kehilangan kebaikan di dunia. Seorang sufi menyerahkan semua kepada Allah, dengan bersyukur dan ridho atas kehendak Allah.
Menurut Al-Ghazali, cinta kepada Allah merupakan benih kebahagiaan, dan kebahagiaan adalah tujuan akhir jalan para sufi sebagai buah pengenalan terhadap Allah SWT.  Menurut Jalaluddin Rumi, kebahagiaan tertinggi dalam perjalanan hidup adalah terletak pada pengetahuan sejati tentang Allah SWT (Ma’rifatullah).
Metode pendekatan yang ditempuh oleh seorang sufi nampaknya berat diamalkan  bagi kita yang belum memahami Tasawuf secara keseluruhan. Kalaupun nampaknya rumit mungkin disebabkan kejernihan berpikir dan keterbukaan jiwa kita masih belum mampu menerimanya.
Berikut ialah kiat-kiat yang dapat kita lakukan dalam menggapai suatu kebahagiaan dalam perspektif Tasawuf:
1.      Tidak menjadikan tolak ukur kebahagiaan pada sesuatu yang bersifat kebendaan atau materi karena bisa saja benda atau materi suatu hati nanti akan berubah atau hilang.
2.      Ridho dan ikhlas terhadap kenyataan yang ada atau yang terjadi. Maksudnya jika seseorang ingin bahagia hendaknya dia harus realistis atau menerima kenyataan.
3.      Tidak resah atau gelisah dan selalu tenang menyikapi kenyataan. Kurang bersyukur merupakan faktor seseorang itu akan gundah. Semua yang kita punya sejatinya milik Allah semata dan akan kembali kepada-Nya. Perlu diingat bahwa tugas kita sebagai manusia adalah menyempurnakan niat dan berusaha selebihnya kita pasrahkan kepada Allah SWT.
4.      Zuhud, ialah meninggalkan sesutau yang tidak bermanfaat untuk kehidupan akhirat.